membangkitkan kenangan lama di kampus ini
Kejadian ini terjadi pada tahun 2003. Dalam sebuah kajian akhir tahun UKMI (unit kegiatan mahasiswa islam) Fakultas kami, yang mengangkat tema “Kilas Balik kontribusi UKMI dalam dakwah kampus”. Kegiatan ini dilaksanakan setelah shalat Isya di mesjid kampus dan melibatkan seluruh kader (Ikhwan dan akhawat). Setelah kajian berakhir, peserta ikhwan melaksanakan kegiatan malam hingga subuh di mesjid, sedangkan akhawatnya pada sebuah pondokan akhawat. Saya dan seorang teman mendapatkan tugas untuk memastikan akhawatnya sampai ke pondokan yang dituju dengan selamat.
Kejadian itu bermula dari sini. Dalam perjalanan, kami melewati sebuah pondokan yang memiliki banyak anjing. Saat perjalanan menuju pondokan kami tidak mengalami hal yang aneh, sehingga kewajiban kami tertunaikan dengan terantarnya para akhawat ke pondokan yang dimaksud.
Sepulang dari sana, kami melewati jalan yang sama. Sambil bediskusi tentang perjalanan awal aktifitas dakwah kampus bermula, sebagaimana diskusi yang berlangsung saat kajian tadi. Namun tidak lama pembicaraan kami terusik dengan gonggongan anjing yang mulai rame dan sangat tidak bersahabat. “Ada apakah gerangan?” dalam hati ku bertanya. Ku lirik ke teman disampingku terlihat wajahnya sedikit bergidik, namun dia berusaha tenang.
Dalam situasi yang mulai memanas, ku berkata padanya “Jangan lari, dibawa tenang saja, Insyaallah tidak akan apa-apa”. Untuk beberapa saat hingga kami melewati rumah tersebut, kondisi masih normal. Baru beberapa meter melewati gerombolan anjing yang menyalak dengan hebatnya, mendadak teman tadi dengan isengnya berlari sehingga memacu adrenalin para anjing untuk mengejar kami. Sontak kukaget sesaat, sambil berteriak “Jangan lari !”. Dengan entengnya teman tadi berlari sambil nyengir. Dalam hati kuberkata “Dasar manusia iseng”. Dalam kondisi kalut, tanpa berfikir panjang kuberlari menyusulinya untuk menyelamatkan diri. Dari pada betis yang tak seberapa ini dilahap anjing, lebih baik diselamatkan dari gigitan anjing yang anarkis dan tak bertanggung jawab. Alhamdulillah teman tadi tersusul, bahkan dia sekarang yang tertinggal karena lariku yang lumayan kencang ditambah kaki yang panjang. Saat itu sempat kuberkata pada teman tadi “antum kurang kerjaan akh”, namun dia malah nyengir.
Baru beberapa meter kumendahuluinya, mendadak dia berbalik arah melawan arus anjing yang beberapa meter dibelakang kami. Dengan takjub kumelihat pemandangan yang sangat monumental, para anjing pun lari terbirit-birit berbalik arah juga dengan suara yang tidak seganas sebelumnya. Bahkan sampai takutnya para anjing itu terhadap manusia yang berbalik mengejarnya, para anjing itu pun berlari dengan arah yang berbeda, padahal awalnya mereka dari rumah yang satu.
Hanya memerlukan waktu yang sesaat kudapat mengendalikan keterkejutan tadi, tidak lama setelah itu saya tersenyum-senyum sendiri dan sampai puncaknya tertawa melihat tingkah teman tadi. Dalam perjalanan pulang ke mesjid, tak putus-putus kami tertawa membahas kejadian yang baru saja kami alami. Kuberkata pada teman tadi “akh, antum kurang kerjaan, tapi ternyata anjing pun lebih takut lagi saat antum berbalik mengejar mereka tadi, mungkin mereka melihat wajah antum yang lebih ganas, sehingga mereka sangat ketakutan dengan berlarinya mereka kearah yang berbeda-beda”. Dia hanya ketawa ngakak.
Sesamapainya kami di mesjid, teman-teman yang lain pada heran melihat kami yang tak putus-putusnya tersenyum-senyum. Kejadian ini hanya beberapa orang saja yang tahu, itupun setelah beberapa hari kejadian itu terjadi kami ceritakan pada mereka.
Sampai saat ini, ketika bertemu dengan teman tadi, maka hal yang pertama teringat adalah malam naas saat dikejar anjing. Sampai saat ini yang belum terjawab adalah, apa kesalahan kami pada anjing-anjing itu hingga begitu dendamnya, apakah kami selalu meremehkannya dengan tidak menyapanya saat kami melewati mereka dengan motor kami. Wallahu’alam.